BAB I
IDENTIFIKASI LEMAK
A.
Dasar Teori
Lipida adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air
tapi dapat diekstraksi dengan pelarut non polar seperti khloroform, eter,
benzena, alcohol, aseton, dan karbondisulfid. Lipid juga merupakan kelompok
senyawa beraneka ragam. Lemak dikenal merupakan salah satu dari senyawa lipid.
Adapun yang termasuk senyawa lipid antara lain kolesterol, steroid, dan
terpenoid.
Pengertian Lemak
Lipid berasal dari kata Yunani yang
berarti lemak. Secara bahasa lipid merupakan lemak, sedangkan kalau dilihat
dari stukturnya, lipid merupakan senyawa trimester yang dibentuk dari senyawa
gliserol dan berbagai asam karboksilat rantai panjang. Jadi lemak disusun dari
dua jenis molekul yang lebih kecil yaitu gliserol dan asam lemak. Gliserol adalah
sejenis alkohol yang memiliki tiga karbon yang masing-masing mengandung sebuah
gugus hidroksil. Asam lemak memiliki kerangka karbon yang panjang, umumnya 16
sampai 18 atom karbon, panjangnya salah satu ujung asam lemak itu adalah kepala
yang terdiri atas suatu gugus karboksil dan gugus fungsional yang menyebabkan
molekul ini disebut asam lemak, yang berikatan dengan gugus karboksilat itu
adalah hidrokarbon panjang yang disebut ekor.
Sifat
dari lemak:
a)
Hidrofobik (sulit untuk larut dalam air).
b)
Hanya larut dalam larutan non-polar seperti klorofom, eter, dan benzene.
c)
1 gram lemak menghasilkan 39.06 kjoule atau 9,3 kcal.
Fungsi utama lemak: sebagai penyekat, bantalan dan
cadangan energi. Fungsi penyekat tampak jelas pada membran sel. Seluruh sel
mahluk hidup dibungkus oleh membran yang antara lain terdiri dari
molekul-molekul lemak yang tersusun sedemikian rupa sehingga isi sel terpisah
dari dunia luar. Fungsi penyekat tampak jelas pula pada sel-sel syaraf. Baik
sel syaraf maupun serat syaraf diliputi oleh sarung pembungkus yang disebut
MIELIN, yang terutama terdiri atas lemak. Fungsi sebagai bantalan tampak
misalnya pada jaringan bawah kulit, yang menebal ditempat-tempat tertentu dan
juga disekitar berbagai alat didalam rongga tubuh dan dibelakang bola mata.
Lemak juga merupakan bentuk cadangan energi bagi tubuh. Senyawa ini dibentuk
bila tubuh kelebihan makanan dan dipecah bila tubuh kekurangan energi. Secara
kasar tampak dalam bentuk perubahan berat badan atau dalam bentuk gemuk dan
kurus.
Senyawa
organik ini terdapat dalam semua sel dan berfungsi sebagai :
1.
Penyimpan energi dan transpor
2.
Struktur membran
3.
Kulit pelindung, komponen dinding sel
4.
Penyampai kimia
Beberapa
senyawa lipida mempunyai aktivitas biologis yang sangat penting dalam tubuh,
diantaranya vitamin dan hormon. Ditinjau dari sudut nutrisi, lemak merupakan
sumber kalori penting disamping berperan sebagai pelarut berbagai vitamin.
a.
LipidTerhidrolisis
Lipid
terhidrolisis merupakan ester dari gliserol dengan suatu asam lemak atau asam
fosfat yang mengikat etanolamin atau serin
b.
Steroid
Steroid
merupakan senyawa turunan (derivat) lipid yang tidak terhidrolisis. Senyawa
yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, dan estrogen.
Pada umumnya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur inti.
Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada rantai
samping (cabang) yang diikatnya.
c.
Terpenoid
Seperti
halnya steroid, terpenoid juga merupakan derivat dari lipid. Senyawa ini
umumnya terdapat pada minyak atsiri, misalnya sitral (minyak sereh), geraniol
(minyak mawar), limonen (jeruk), dan juga sebagai vita¬min A. Berikut ini
beberapa contoh senyawa terpena.
Secara
Kimia, Lemak terbagi tiga , yaitu:
1.
Lemak Sederhana
Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan
alkohol, biasanya berupa gliserol, serta menghasilkan asam lemak. Contoh yang
paling banak ditemukan adalah Triasilgliserol yang disebut juga Trigliserida
(TG), yang ditemukan antara lain dalam serum, dalam minyak kelapa dan dalam
berbagai minya lain yang berasal dari mahluk hidup. Yang dimaksud dengan minyak
adalah lemak yang dalam suhu ruang berada dalam bentuk cair , lemak yang dalam
suhu ruang masih berbentuk padat disebut lemak saja. Biasanya minyak berasal
dari tumbuhan dan lemak dari hewan. Konsistensi cair atau padat pada suhu ruang
ini biasanya ditentukan dari jumlah atom C yang menyusun asam lemak dari TG.
Makin panjang atom C, biasanya makin padat. Dilain pihak, makin banyak ikatan
rangkap, konsistensi semakin cair. Lemak yang banyak mengandung ikatan rangkap
ini disebut asam lemak essensial, yang harus ada dalam makanan. Lemak tumbuhan
berupa minyak karena jumlah atom C-nya lebih pendek dan ikatan rangkapnya
relatif lebih banyak.
2.
Lemak Majemuk
Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan
alkohol, asam lemak dan senyawa lain seperti fosfat, asam amino, basa organik,
sepert kolin atau betain. Umumnya lemak majemuk mengandung listrik atau paling
tidak mempunyai pengkutuban muatan dalam molekulnya, sehingga menjadi lebih
mudah berinteraksi dengan air. Lemak Majemuk ini ikut menyusun membran sel dan
juga selubung sel dan serat syaraf.
3.
Turunan Lemak
Yaitu berbagai senyawa yang diperoleh dari hidrolisis
atau pemecahan kedua jenis lemak terdahulu. Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah Gliserol dan berbagai alkohol lain yang ikut menyusun lemak, asam lemak,
dengan ikatan rangkap (ikatan tak jenuh) dan asam lemak tanpa ikatan rangkap
(jenuh), kolesterol dan berbagai macam senyawa steroid seperti hormon steroid
(kortisol, prednison, estrogen, progesteron, testosteron, dan aldosteron).
Meskipun
bukan termasuk lemak, perlu juga diketahui bahwa vitamin-vitamin A, D, E dan K
sangat memerlukan lemak untuk dapat diserap dan digunakan tubuh. Karena
vitamin-vitamin ini tidak larut dalam air dan hanya larut dalam lemak atau
pelarut lemak.
Lipida dapat dikelompokkan menurut sifat kimia dan sifat
fisiknya. Bloor membagi lipida sebagai berikut:
1.
Lipida Sederhana
Kelompok ini disebut juga homolipida
yaitu suatu bentuk ester yang mengandung karbon, hydrogen, dan oksigen. Jika
dihidrolisis, lipida yang termasuk ini hanya menghasilkan asam lemak dan
alcohol. Lipida sederhana ini dapat dibagi kedalam tiga golongan, yaitu:
a.
Lemak, ester asam lemak dan gliserol
b.
Lilin, ester asam lemak
2.
Lipida Majemuk
Kelompok ini berupa ester asam lemak dengan alcohol yang
mengandung gugus lain, contohnya fosfolipida, serebrosida (glikolipida),
sulfolipida, amino, lipida, dan lipoprotein.
3.
Derivat Lipida
Derivat lipida merupakan hasil hidrolisis kelompok yang
telah disebut terdahulu. Termasuk ke dalam golongan ini ialah asam lemak,
gliserol, steroid, alcohol, aldehida, dan keton.
Banyak lipida yang mempunyai sifat fisik amfipatik.
Istilah amfipatik yang semula digunakan oleh Hartley pada tahun 1936,
memberikan turunan hidrokarbon yang mempunyai satu bagian (polar) “bersimpati”
dengan suasana air dan satu bagian hidrokarbon (hidrofobik) yang tidak
bersimpati dengan suasana air.
Asam lemak jarang terdapat bebas di alam tetapi terdapat
sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alcohol. Kita dapat membuat beberapa
penyamarataan mengenai asam lemak, walaupun ada perkecualian seperti yang akan
kita lihat.
1.
Asam lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai lurus.
2.
Asam lemak pada umumnya mempunyai jumlah atom karbon genap.
3.
Asam lemak dapat dijenuhkan atau dapat mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap
Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, asam lemak
terbagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Hewan-hewan
tingkat yang lebih tinggi dapat mengadakan biosintesa asam-asam lemak jenuh dan
yang mono tak jenuh dari sumber-sumber lain seperti karbohidrat. Asam-asam
linoleat dan linolenat dan asam-asam lemak poli tak jenuh bertingkat lebih
tinggi tidak dapat dihasilkan pada hewan bertingkat lebih tinggi dan karena itu
diistilahkan asam lemak essensial.
Garam asam lemak biasanya disebut sabun. Daya pembersih
sabun bertumpu pada sifat amfipatrik molekul sabun. Dengan ion Ca++ dan
Mg++ sabun dapat membentuk garam Ca atau
Mg yang mengendap. Oleh karena itu, apabila dalam air terdapat ion-ion tersebut
atau yang disebut air sadah. Sabun mempunyai sifat dapat menurunkan tegangan
permukaan air. Hal ini tampak dari timbulnya
busa apabila sabun dilarutkan dalam air dan diaduk.Asam lemak tak jenuh mudah
mengadakan reaksi pada ikatan rangkapnya. Dengan gas hidrogen dan katalis Ni
dapat terjadi reaksi hidrogenasi, yaitu pemecahan ikatan rangkap menjadi ikatan
tunggal. Proses hidrogenasi ini mempunyai arti penting karena dapat mengubah
asam lemak yang cair menjadi asam lemak padat. Ini adalah salah satu proses
pada pembuatan margarin dari minyak kepala sawit.
Lemak netral disebut juga asil gliserol atau gliserida.
Lemak ini merupakan komponen utama lemak simpanan pada sel-sel hewan dan
tumbuhan, terutama pada jaringan adipose vertebrata. Sifat-sifat fisik lemak
netral mencerminkan susunan asam lemak dari lemak. Sebagai dalil umum adalah
titik lebur suatu asam lemak berkurang dengan bertambahnya ketidakjenuhan dan
berkurangnya bobot molekulernya.
Lemak
hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang terkandung didalamnya
diukur dengan bilangan iodium. Bilangan iodium adalah banyaknya gram iodium
yang dapat bereaksi dengan 100 gram asam lemak. Jadi, makin banyak ikatan
rangkap, makin besar bilangan iodium.
Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam
lemak gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau
enzim tertentu. Proses hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan gliserol
dan garam asam lemak atau sabun. Oleh karena itu, proses hidrolisis yang
menggunakan basa disebut proses penyabunan.
Oksidasi
asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan
terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tak
enak atau tengik. Kelembapan udara, cahaya, suhu tinggi dan adanya bakteri
perusak adalah factor-faktor yang menyebabkanterjadinya ketengikan lemak.
Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan alcohol monohidrat.
Terdapat sebagai pelidung kulit dan bulu, pelindung daun danbuah, atau sebagai
sekresi insekta. Lilin tak larut dalam air.
Fosfolipida adalah suatu gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk ester
asam fosfat. Fosfolipida banyak terdapat pada bakteri, jaringan tumbuhan dan
hewan. Fosfolipida yang disebut fosfatidil kolin biasanya didapat pada membran
dan hanya sedikit sekali fosfolipida ini terdapat pada lemak simpanan.
Sfingolipida merupakan lipida yang tak mengandung gliserol amfipatik, terutama
berlimpah dalam jaringan otak dan syaraf. Lipida ini diturunkan dari sfingosin.
Sfingolipida yang paling berlimpah adalah sfingomyelin yang terdapat dalam
jaringan otak dan saraf dan dalam bagian lipida darah.
Terpena dan steroid adalah lipida yang tak dapat disaponifikasikan yang berarti
bahwa hidrolisis alkali tak menghasilkan sabun. Struktur umum yang biasa bagi
semua steroida adalah kerangka siklompentano perhidro penantren. Steroid banyak
terdapat di alam. Diantaranya dalam jumlah yang terbatas tetapi mempunyai
aktivitas biologis yang penting yaitu asam empedu, hormon seks betina dan
jantan, hormon korteks adreval dan beberapa racun steroid yang terdapat dalam
jumlah lebih banyak yakni golongan sterol. Contohnya kolesterol, lanosterol,
fitosterol, dan mikosterol.
B.
Tujuan Percobaan
·
Membuktikan bahwa lemak hanya larut dalam
pelarut organic.
·
Mengetahui tingkat kejenuhan lemak.
·
Mengetahui proses terbentuknya sabun oleh
senyawa lemak.
·
Mengetahui karakteristik bau pada senyawa
lemak.
C.
Alat dan Bahan
a. Alat
·
Tabung reaksi
·
Pipet
·
Kertas saring
·
Rak tabung reaksi
·
Pembakar spirtus
b. Bahan
·
Pelarut (aseton, etanol, kloroform, eter)
·
Bahan Uji larutan lemak (minyak, margarine,
lesitin)
·
Air
·
Iodium
·
KOH
·
NaOH
·
KHSO4
D.
Cara Kerja
a) Kelarutan lemak
·
Ke dalam 10 tetes air masukkan 1 atau 2 tetes
senyawa lemak yang akan diuji
·
Ke dalam 10 tetes pelarut (aseton, etanol,
kloroform, eter) masukan 1 atau 2 tetes senyawa lemak yang akan diuji.
·
Teteskan larutan lipid yang telah dibuat pada
point 1 dan 2 pada kertas saring dan biarkan kering.
·
Amati pembentukan noda lemak pada kertas
saring. Jika ada noda lemak yang menempel pada kertas saring berarti lemak
tersebut larut dalam pelarut.
·
Tambahkan 1 mL air pada larutan lipid dalam
etanol. Catat munculnya larutan segera setelah bercampur dan setelah dibiarkan
beberapa menit.
·
Isi dua tabung reaksi masing-masing dengan 3
mL air. Tambahkan 2 tetes minyak pada 1 tabung dan lesitin pada tabung yang
lain. Kocok campuran tadi dan bandingkan kestabilan emulsi yang terbentuk.
b) Uji ketidakjenuhan
·
Sediakan larutan iodium dalam kloroform
·
Tuangkan iodium tersebut sebanyak 0,5 mL ke
dalam tabung reaksi.
·
Masukan larutan yang akan diuji setetes demi
setetes demi setetes dan setiap penambahan selesai harus dikocok sampai warna
iodium hilang. Amati hilangnya warna iodium (kuning) untuk setiap penetesan
senyawa lemak yang akan di uji. (hitung jumlah penetesan lemak sampai warna
iodium hilang)
c) Penyabunan
·
Masukan 4-5 tetes bahan percobaan ke dalam
tabung reaksi. Tambahkan air suling sebanyak 3 mL. Masukan 1 ml KOH. Panaskan
campuran tersebut sampai mendidih (1-2 menit). Kocok dan perhatikan pembentukan
busa.
·
Ulangi percobaan a dengan mengganti laritan
KOH dengan NaOH.
·
Bandingkan hasil yang diperoleh dari poin a
dan b.
d) Uji Gliserol
·
Tuangkan KHSO4 setinggi 0,5 cm
dalam tabung reaksi.
·
Tambahkan 5 tetes larutan yang akan diuji
pada tabung reaksi tersebut. Jika senyawa lemak terbentuk padat, maka jumlahnya
kira-kira sama dengan KHSO4.
·
Tambahkan lagi KHSO4 dan panaskan
dengan hati-hati.
·
Cium baunya dengan mengibaskan tangan pada
tabung reaksi tersebut.
·
Tuliskan hasil pengamatan dan kesimpulan.
E.
Data Pengamatan
a) Kelarutan lemak
Bahan uji
|
Pelarut
|
||||
air
|
aseton
|
etanol
|
kloroform
|
Eter
|
|
Minyak
|
_
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Margarin
|
_
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Lesitin
|
_
|
_
|
+
|
+
|
+
|
Keterangan : (+) Larut, (-) Tidak larut
Indikator kelarutam : Noda pada kertas saring
b) Uji ketidakjenuhan
Bahan Uji
|
Perubahan warna
|
Hasil
|
Minyak
|
merah à jingga jernih
|
++
|
Margarin
|
merah à jingga keruh
|
+++
|
Lesitin
|
merah à kuning
|
+
|
Keterangan : (+) ketidakjenuhan
c) Uji Penyabunan
Bahan Uji
|
KOH
|
NaOH
|
Minyak
|
++++
|
++++
|
Margarin
|
++
|
++
|
Lesitin
|
+++
|
+++
|
Keterangan : (+) pembentukan busa
4) Uji Gliserol
Bahan Uji
|
Tingkat bau
|
Minyak
|
++
|
Margarin
|
+++
|
Lesitin
|
++
|
F.
Pembahasan
a) Kelarutan lemak
Pada tes kelarutan didapat hasil bahwa minyak, margarine,
dan lesitin yang bersifat nonpolar larut dalam pelarut aseton, etanol, eter dan
kloroform karena keempatnya merupakan pelarut organik (nonpolar). Kecuali
Lesitin yang tidak larut dalam pelarut aseton, hal ini dikarenakan lesitin
memiliki gugus kolin yang bermuatan positif sehingga lebih larut dalam eter dan
kurang larut dalam aseton. Hal ini disebabkan eter memiliki electron bebas yang
dapat diserang oleh muatan positif dari kolin sehingga kolin lebih larut dalam
eter daripada aseton yang tidak memiliki elektron bebas.
Pada pelarut polar yaitu air, lemak domba bahan uji tidak
dapat larut. Kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut ditentukan oleh banyak
hal, antara lain adalah sifat kepolaran zat dan pelarutnya.
Umumnya zat yang polar dapat larut dalam pelarut yang
bersifat polar, namun tidak dapat larut dalam pelarut nonpolar. Begitu juga
sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya momen dipol pada zat atau pelarut
sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya. Sedangkan pada
pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol, sehingga tidak bisa berinteraksi
dengan zat yang polar, jadi tidak dapat larut.
Pada tes bercak lemak, adanya bercak
transparan pada kertas saring menandakan adanya lemak pada zat tersebut. Pada
zat dalam pelarut eter terdapat bercak karena bahan uji telah larut sehingga
terbawa pada saat penetesan dan dapat membuat bercak pada kertas.
b) Uji ketidakjenuhan
Percobaan ini
dilakukan untuk menyatakan adanya ikatan tak jenuh dalam suatu lemak.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi
adisi oleh iodium. Iodium akan memutus ikatan rangkap yang terdapat molekul
zat, kemudian iodium tersebut akan menggantikan posisi dari ikatan rangkap
tersebut melalui reaksi adisi sehingga jumlah ikatan rangkap dalam molekul zat
akan berkurang atau menjadi tidak ada sama sekali (jika teradisi semuanya oleh
iodium). Dengan adanya reaksi ini, maka warna larutan iodium akan hilang.
Minyak mengandung triasil gliserol dengan 80-85 % asam lemak jenuh. Asam lemak
utama yang terdapat dalam minyak adalah asam laurat dan asam miristat (merupakan
asam lemak dengan bobot molekul rendah dan memiliki bilangan penyabunan yang
tinggi). Selain itu, minyak kelapa juga mengandung asam kaprilat, asam kaprat,
dan asam oleat.Margarin merupakan salah satu produk makanan konsumsi
sehari-hari yang dibuat dengan menggunakan bahan baku lemak nabati. Margarin
dibuat melalui proses
hidrogenasi asam lemak tak jenuh
yang bersumber dari tanaman. Margarin adalah emulsi air dalam minyak yang
berbentuk padat.
Pada hasil
percobaan, minyak, margarin dan lesitin memberikan hasil positif yaitu dengan
hilangnya warna larutan iodium. Minyak menghasilkan warna jingga jernih,
margarin menghasilkan warna jingga keruh, dan lesitin menghasilkan warna
kuning. Hal itu berarti pada ketiga zat itu, terdapat ikatan tak jenuh (ikatan
rangkap) sehingga dengan penambahan larutan iodium, terjadi reaksi adisi yang
menyebabkan hilangnya warna larutan iod. Ikatan tak jenuh yang terdapat dalam
margarin lebih banyak daripada ikatan tak jenuh dalam lesitin dan minyak
(ikatan tak jenuh dalam margarin > minyak kelapa > lesitin). Hal tersebut
dapat disimpulkan dari intensitas warna yang terbentuk (jingga keruh >
jingga jernih > kuning).
c) Uji Penyabunan
Asam lemak bila
bergabung dengan alkali (KOH/NaOH) akan membentuk sabun, yang berfungsi sebagai
emuglator.
Pada percobaan
ketiga ini diamati pada ketiga bahan uji, dengan adanya pemanasan dan penambahan
alkali (KOH/NaOH) maka senyawa lemak akan membentuk gliserol dan sabun atau
garam asam lemak. Proses ini lebih dikenal dengan nama saponifikasi.
Perbandingan
jumlah busa (indikasi terbentuknya sabun) pada penambahan KOH daan penambahan
NaOH adalah sama. Lesitin menghasilkan busa paling banyak, kedua minyak dan
yang terakhir margarine. Hal ini dikarenakan kedua alkali tersebut merupakan
basa kuat.
Sedangkan untuk
jumlah busa paling tinggi terdapat pada minyak, asam lemak utama yang terdapat
dalam minyak adalah asam laurat dan asam miristat (merupakan asam lemak dengan
bobot molekul rendah dan memiliki bilangan penyabunan yang tinggi)
d) Uji Gliserol
Jika gliserol
dipanaskan dengan kalium bisulfate, dehidrasi akan terjadi dan akrolein aldehid
yang terbentuk memiliki karekteristik bau.
Dapat dilihat dari
data pengamatan bahwa margarin memiliki tingkat bau yang paling tinggi
dibandingkan lesitin dan minyak, hal ini bisa disebabkan karena margarine
memiliki tingkat ketidakjenuhan paling tinggi dibandingan minyak dan lesitin.
G.
Kesimpulan
·
Lipid
larut dalam pelarut organik yang bersifat nonpolar.
·
Lemak
memiliki ikatan tak jenuh, dan pada percobaan ini, margarine yang memiliki
tingkat ketidakjenuhan paling tinggi.
·
Asam
lemak bila bergabung dengan alkali (KOH/NaOH) dapat membentuk sabun.
·
Tingkat bau paling tinggi pada uji gliserol
terdapat pada margarine, hal ini dapat disebabkan karena tingkat ketidakjenuhan
senyawa lemak tersebut.
Daftar Pustaka
Poedjiadi,
Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 2009. DASAR-DASAR BIOKOMIA. Jakarta:
Universitas Indonesia.
nn. “Uji-Karbohidrat”. [ONLINE].
http://www.scribd.com/doc/43248666/Laporan-Praktikum-Biokimia-Lipid : Rabu,
25 Juni 2011.
Windiaryani,
Sistiana. 2011. Modul Praktikum Biokimia. Sukabumi : Universitas Muhammadiyah
Sukabumi
Lampiran
Jawaban Pertanyaan :
1.
Apakah semua pelarut dapat melarutkan senyawa
lemak, mengapa?
Tidak, karena lemak hanya dapat larut pada
larutan non polar seperti aseton, kloroform, etanol dan alkohol mendidih.
2.
Sifat apa yang dimiliki lesitin?
Lesitin merupakan bahan jernih, padat
berlilin dan sangat higroskopis, diudara akan segera bereaksi dengan oksigen
menjadi cokelat dalam beberapa menit, sangat tidak jenuh , merupakan bahan
pengemulsi untuk triasiligliserol, ditemukan pada kuning telor dan sebagai
bahan pembuat ice cream, kue, dan mayonnaise.
3.
Apa yang menyebabkan hilangnya warna air
iodium pada penambahan larutan lemak pada uji ketidak jenuhan?
Adanya halogen-halogen yang terikat oleh
ikatan rangkap pada larutan lemak, sehingga menunjukan adanya ikatan rangkap.
4.
Senyawa mana yang paling cepat
menghilangkan warna iodium?
Dilihat dari jumlah tetesan lesitin merupakan
senyawa yang paling cepat menghilangkan warna iodium, dan dari penambahan bahan
padat, margarin, dan batter yang lebih cepat menghilangkan warna iodium.