A.
Kimia Air
Sebuah molekul
air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikatan kovalen dengan dua atom
hidrogen. Hidrogen dan oksigen mempunyai daya padu yang sangat besar antara
keduanya. Keunikan air terjadi berkat ikatan pemadu kedua unsurnya. Perangkaian
jarak atom-atomnya mirip kunci yang masuk lubangnya, kecocokannya begitu
sempurna, sehingga air tergolong senyawa alam yang paling mantap. Semua atom
dalam molekul air terjalin menjadi satu oleh ikatan yang kuat, yang hanya dapat
dipecahkan oleh perantara yang paling agresif, misalnya energi listrik atau zat
kimia seperti logam kalium.
Oksigen
mempunyai nomor atom 8 dan massa atom 16, terletak pada periode ke-2 dan
golongan VI A pada sistem periodik. Sebuah
atom oksigen mempunyai delapan elektron, dua elektron berada pada kulit
elektron bagian dalam (kulit K) dan enam elektron berada pada kulit berikutnya
(kulit L), jadi kulit L belum penuh atau masih bias diisi dua elektron. Sedang
sebuah atom hydrogen dengan nomor atom 1 hanya mempunyai satu elektron pada
kulit K, jadi belum penuh atau kekurangan satu elektron. Kulit yang belum
terisi penuh tersebut tidak mantap dan elektronnya cepat bergabung dengan
elektron lain untuk memenuhi ruang dalam suatu kulit. Kulit yang telah terisi
penuh merupakan bentuk yang mantap, dan setelah hal itu terjadi, maka akan
dilawannya setiap usaha pemisahan.
B.
Ikatan
kovalen dan Ikatan Antarmoekul Air
Dalam sebuah
molekul air dua buah atom hydrogen berikatan dengan sebuah atom oksigen melalui
dua ikatan kovalen, yang masing-masing mempunyai energi besar 110,2 kkal per
mol. Ikatan kovalen tersebut merupakan dasar bagi sifat air yang penting,
misalnya kebolehan air sebagai pelarut.
Gambar 1.1.
Pembentukan molekul air (a) dua atom hydrogen dan sebuah atom oksigen;
(b) molekul air, setiap electron hydrogen saling memanfaatkan (sharing)
sepasang electron dengan oksigen ; (c) terjadinya dua kutub positif dan
negative (dipolar) (Davis dan Day, 1961)
Bila dua atom
hidrogen bersenyawa dengan sebuah atom oksigen, maka molekul tersebut
menghasilkan molekul yang berat sebelah, dengan kedua atom hydrogen melekat di
satu atom oksigen dengan sudut 104,5o
antara keduanya. Posisi tersebut mirip dengan dua telinga pada kepala
kelinci. Akibat perbedaan elektronegativitas antara hidrogen dan oksigen, sisi
hidrogen molekul air bermuatan positif sedang pada sisi oksigen bermuatan
negatif.
Sebuah olekul
air dapat digambakan sebagai menempati pusat dari sebuah tetrahedron, suatu
benda ruang dengan 4 sisi yang masing-masing sisinya merupakan segi tiga sama
sisi, dengan arah muatan seperti terlihat pada Gambar 1.2. Sebuah molekul air dengan
kutub-kutub positif dan negatif secara permanent menjadi dwikutub (dipolar),
seperti halnya sebatang magnet yang memmpunyai kutub berbeda pada kedua
ujungnya. Karena molekul air dapat ditarik oleh senyawa lain yang bermuatan
positif atau yang bermuatan negatif.
Daya tarik menarik
di antara kutub positif molekul air yang satu dengan kutub negative molekul air
lainnya menyebabkan terjadinya penggabungan molekul-molekul air melelui ikatan
hydrogen. Ikatan-ikatan hydrogen
jauh lebih lemah dari pada ikatan
kovalen. Ikatan-ikata hydrogen megikat molekul-molekul air lain di sebelahnya
dan sifat inilah yang bertangung jawab terhadap sifat mengalirnya air. Molekul
air yang satu dengan molekul air yang lain bergabung dengan suatu ikatan
hydrogen antara atom H dengan atom O dari molekul air yang lain.
a)
Dua buah molekul
air mrmbentuk sudut ikatan sekitar 105o (Wyssling dan Muhlethaler,
1965)
b)
Orientasi muatan
air pada bentuk tetrahedron (Fennema dan Powrie, 1964)
Kemampuan
molekul air membentuk ikatan hydrogen menyebabkan air mempunyai sifat-sifat
yang unik. Ikatan hydrogen yang terjadi antar molekul-molekul yang berdampingan mengakibatkan air pada
tekanan atmosfer bersifat mengalir (flow)
pada suhu 0-100 oC . Kelompok-kelompok kecil molekul air bergabung
dengan suatu pola tertentu, tetapi kelompok-kelompok tersebut bergerak bebabas
dan menyebabkan terjadinya pertukaran ikatan hydrogen. Ikatan hydrogen ini
tidak hanya mengikat molekul-molekul air satu sama lain, tetapi dapat juga
menyebabkan pembentukan hidrat antara air dengan senyawa-senyawa lain yang
mempunyai kutub O atau N, seperti senyawa metanol atau karbohidrat yang mempunyai
gugus -OH (hidroksil).
Es merupakan
suatu senyawa yang terdiri dari molekul-molekul H2O (HOH) yang
tersusun sedemikian rupa sehingga 1 atom H terletak di satu sisi antara
sepasang atom oksigen molekul-molekul air lainnya, membentuk suatu heksagon simetrik.
Satu molekul HOH dapat mengikat 4 molekul HOH yang berdekatan (Gambar 1.3) dan
jarak atom 0-0 yang berdampingan sebesar 2,76 Ao
Ruangan-ruangan
dalam kristal es berbentuk sedemikian rupa sehingga membentuk saluran-saluran
dalam jumlah yang sangat besar. Karena itulah es mempunyai volume 1/11 kali
lebih besar dari bentuk cairnnya dan kerapatannya lebih kecil sehingga es
mengapung dalam air.
Bila suhu air
diturunkan, pelepasan panas akan mengakibatkan pergerakan molekul-molekul air
diperlambat dan volumenya mengecil. Bila air didinginkan sampai suhu 4oC,
suatu pola baru ikatan hydrogen terbentuk. Volume air sebaliknya mengembang
ketika air diturunkan suhunya dari 4oC sampai 0oC. Ketika
panas dilepas lagi setalh air mencapai 0oC, terjadilah Kristal, dan
ketika air es berubah menjadi kristal es, volumenya mendadak mengembang. Es
memerlukan ruang 1/11 kali lebih banyak daripada volume air pembentuknya,
tetapi es bersifat kurang padat bila dibndingkan air, karena es terapung ke
permukaan air.
Bila suhu air
meningkat, jumlah rata-rata molekul air dalam kerumunan molekul air menurun dan
ikatan hydrogen putus dan terbentuk lagi secara cepat. Bila air dipanaskan
lebih tinggi lagi sehingga molekul-molekul air bergerak sedemikian cepat dan
tekanan uap air melebihi tekanan atmosfer, beberapa molekul dapat melarikan
diri dari permukaan dan menjadi gas. Hal ini terjdi ketika air mendidih pada
suhu 100oC pada permukan laut dengan tekanan barometer 760 mmHg.
Dalam keadaan uap, molekul-molekul air kurang lebih menjadi bebas satu sama
lainnya.
C.
Aktivitas
Air dalam Bahan Pangan
Menurut
derajat keterikatan air, air terikat dapat dibagi atas empat tipe.
Tipe I, adalah moekul air
yang terikat pada molekul-molekul lain melalui suatu ikatan hydrogen yang
berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang
mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat, protein, atau garam. Air tipe
ini tidak dapat membeku pada proses pembuekuan, tetapi sebagian air ini dapat
dihilangkan degan cara pengeringan bisa. Air tipe ini terikat kuat dan sering
sekali disebut air terikat dalam arti sebenarnya.
Derajat
pengikatan air sedemikian rupa sehingga reaksi-reaksi yang terjadi sangat
lambat dan tiak terukur. Reaksi yang nyata dalam bahan makanan adalah
peningkatan oksidasi lemak bila setelah air tipe I, air terikat lagi membentuk
tipe II (Gambar 1.4). Oksidasi lemak akan meningkat pada daerah II karena
keaktifan katalis meningkat dengan adanya pengembangan volume akibat penyerapan
air.
Tipe II, yaitu
molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air lain, terdapat
dalam mikropiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni. Air jenis ini lebih
sukar dihilangkan dan penghilangan air tipe II akan mengakibatkan penurunan aw (water
activity). Bila sebagian air
tipe II dihilangkan, pertumbuhan mikroba dan reaksi-reaksi kimia yang bersifat
merusak bahan makanan seperti reaksi browning,
hidrolisis atau oksidasi lemak akan dikurangi. Jika air tipe II dihilangkan
seluruhnya kadar air bahan aka berkisar antara 3-7%, dan kestabiln optimum
bahan makanan akan tercapai, kecuali pada produk-produk yang dapat mengalami
oksidasi akibat adanya kandungan lemak tidak jenuh.
Tipe III,
adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringn matriks bahan seperti
membrane, kapiler, serat, dan lain-lain. Air tipe III ini lah yang sering kali
disebut dengan air bebas. Air tipe ini mudah diuapkan dan dapat imanfaatkan
untuk pertumbuhan mikroba dan media bagi reaksi-reaksi kimiawi. Apabila air
tipe III ini diuapkan seluruhnya, kandungan air bahan berkisar antara 12-25%
dengan aw (water activity) kira-kira
0,8 tergantung dari jenis bahan dan suhu.
Tipe IV,
adalah air yang tidak terikat dalm jaringan suatu bahan atau air murni, dengan
sifat-sifat air biasa dan keaktifan penuh.
Selain
tipe-tipe air seperti disebutkan di atas, beberapa penulis membedakan pula air
imbisisi dan air kristal. Air imbisisi merupakan air yang masuk ke dalam bahan
pangan dan akan menyebabkan pengembangan volume, tetapi air ini tidak merupakan
komponen penyusun bahan tersebut. Misalnya air dengan beras bila dipnaskan akan
membentuk nasi, ataumembentuk gel dari bahan pati. Air kristal adalah air
terikat dalam semua bahan, baik pangan maupun nonpangan yang berbentuk kristal,
seperti gula, garam CuSO4 dan lain-lain.
Kandungan air
dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap serangan
mikroba yang dinyatakan dengan aw minimum agar dapat tumbuh dengan
baik, misalnya bakteri aw :0,90; khamir aw :0,80-0,90;
kapang aw :0,60-0,70.
Hubungan
antara aw dengan kandungan air per gram suatu bahan makanan terlihat
pada Gambar 1.5, dan grafik ini disebut isotherm sorpsi air. Pada bahan pangan
isotherm sorpsi air dapat menggambarkan kandungan air yang dimiliki bahan
tersebut sebagai keadaan kelembaban relative ruang tempat penyimpanan.
Bentuk
isotherm air ini khas untuk setiap bahan pangan dan contohnya terlihat pada
Gambar 1.6. Isoterm ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian tergantung dari
keadaan air dalam bahan pangan tersebut. Pada Gambar 1.6, daerah A menyatakan
absorbsi air bersifat satu lapis molekul air, daerah B menyatakan terjadinya
pertambahan lapisan-lapisan di atas satu lapis molekul air itu, dan daerah C
kondensasi pada pori-pori bahan mulai terjadi.
Tidak ada
suatu nilai kelembaban relative tertentu yang dapat dijadikan ukuran sebagai
batas satu daerah dengan daerah lainnya. Adanya kurva desorbsi memberikan bukti
mengenai hal ini. Isoterm sorbsi air bahan pangan dapat diperoleh dengan dua
cara. Cara pertama: Bahan makanan dengan kadar air yang diketahui dibiarkan
mencapai keseimbangan dengan sisa ruang dalam wadah tertentu yang tertutup
sangat rapat. Tekanan uap parsial uap airnya diukur dengan manometer, atau RH
dari sisa ruang tersebut diukur dengan hygrometer listrik, point cells, atau psikorometer rambut. Dengan demikian kita
mendapatkan data hubungan kadar air
dengan RH dalam keadaan keseimbangan atau dengan aw dari bahan makanan
(RH= aw × 100).
Cara kedua
diakukan sebagai berikut : Sample dalam jumlah kecil diletakkan poada beberapa
ruangan yang tetap RH-nya (misalnya dalam desikator yang mengandung larutan
garam jenuh seperti litium klorida untuk RH sekitar 11%, MgCl2 untuk
RH sekitar 32%, NaCl untuk RH 75%, dan kalium sulfat untuk RH 97%). Setelah
keseimbangan tercapai, kadar air bahan kemudian diukur secara gravimetris atau
cara lain. Dengan demikian kita
mendapatkan hubungan antara kadar air bahan dan RH dalam keadaan keseimbangan.
Untuk
memperpanjang daya tahan suatu bahan, sebagian besar air dalam bahan harus
dihilangkan dengan beberapa cara
tergantung dari jenis bahan. Umumnya dilakuka pengeringan, baik dengan
penjemuran padi, ikan asin, pembuatan dendeng, dan lain sebagainya. Pada bahan
yang berkadar air tinggi, susu misalnya, dilakukan evaporasi atau penguapan.
Pembuatan susu kental pada prinsipnya adalah mengurangi kadar air dengan cara dehidrasi.
Pada
pengeringan bahan makanan ini, terdapat duatingkat kecepatan penghilangan air.
Pada awal pengeringan, kecepatan jumlah air yang hilang per satuan waktu tetap,
kemudian akan terjadi penurunan kecepatan penghilangan air per satuan waktu.
Hal ini berhubungan dengan jenis air yang terikat dalam bahan.
D.
Peranan Air
dalam Bahan Pangan
Semua bahan
makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu bahan makanan
hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan
sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan
boiopolimer, dan sebagainya.
Bahan pangan
kita baik yang berupa buah, sayuran, daging, maupun susu, telah banyak berjasa
dalam memenuhi kebutuhan air manusia. Buah mentah yang menjadi matang selalu
bertambah kandungan airnya, misalnya calon buah apel yang hanya mengandung 10%
air akan dapat menghasilkan buah apel
yang kadar airnya 80%, nenas mempunyai kadar air 87% dan tomat 95%. Buah
yang paling banyak kandungan airnya adalah semangka dengan kadar air 97%.
Kandungan air
dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability,
kesegaran, dan daya tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu
bahan makanan, air merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau
alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya. Sebagian besar dari
perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau
yang berasal dari bahan itu sendiri.
Bila badan
manusia hidup dianalisis komposisi kimianya, maka akan diketahui bahwa
kandungan airnya rata-rata 65% atau sekitar 47 liter per orang dewasa.
Setiap hari sekitar 2,5
liter harus diganti dengan air yang baru. Diperkirakan
dari sejumlah air yang harus diganti tersebut 1,5 liter berasal dari
air minum dan sekitar 1,0
liter berasal dari bahan makanan yang dikomsumsi. Dalam
keadaan kesulitan bahan pangan dan air, manusia mungkin dapat tahan hidup tanpa
makanan selama lebih dari 2 bulan, tetapi tanpa minum akan meninggal dunia
dalam waktu kurang dari satu minggu.
Kandungan air
beberapa bahan makanan yang umum seperti terlihat pada Tabel 1.1 menunjukkkan
bahwa banyaknya air dalam suatu bahan
tidak dapat ditentukan dari keadaan fisik bahan tersebut. Misalnya buah nenas
seakan-akan mempunyai kandungan air yang lebih besar dari kol, kandungan air
pada susu lebih besar dari kacang hijau, sedangkan susu bubk dan terigu
seakan-akan tidak mengandung air.
Tabel 1.1.
Kandungan Air Beberapa Komoditi *
Bahan
|
Kandungan air
|
Bahan
|
Kandungan
air
|
Tomat
|
94%
|
Ikan teri kering**
|
38%
|
Semangka
|
93%
|
Daging sapi
|
66%
|
Kol
|
92%
|
Roti
|
36%
|
Nenas**
|
85%
|
Buah kering
|
28%
|
Kacang hijau
|
90%
|
Susu bubuk **
|
14%
|
Susu sapi **
|
88%
|
Tepung terigu **
|
12%
|
*Hartley, 1970; **
Poerwosoedarmo, 1977
E.
Air Untuk
Pengolahan Pangan
Air yang
berhubungan dengan hasil-hasil industri pengolahan pangan harus memenuhi
setidak-tidaknya standar mutu yang diperlukan untuk minum atau air minum.
Tetapi masing-masing bagian dari industri pengolahan pangan mungkin perlu
mengembangkan syarat-syarat mutu air khusus untuk mencapai hasil-hasil
pengolahan yang memuaskan. Dalam banyak hal diperlukan air yang bermutu lebih tinggi
daripada yang diperlukan untuk keperluan air minum, dimana diperlukan
penanganan tambahan supaya semua mikroorganisme yang ada mati, untuk
menghilangkan semua bahan-bahan di dalam air yang mungkin dapat mempengaruhi
penampakan, rasa dan stabilitas hasil akhir, untuk menyesuaikan pH pada tingkat
yang diinginkan, dan supaya mutu air sepanjang tahun dapat konsisten. Mutu air
terutama penting dalam pengalengan makanan, dalam pembuatan minuman berkarbonat
dan bir, dan untuk produksi panas melalui pembangkit uap.
1.
Air untuk
pengalengan
Air digunakan
dalam bebarpa tahap pengolahan mengunakan panas pada buah-buahan dan
sayur-sayuran. Dalam hal ini termasuk perendaman pencucian, pengupasan, blanching, pemutaran baling-baling,
pembangkit uap, pendinginan kaleng dan pembersiahan pabrik serta air yang juga
dimasukkan ke dalam produk dalam bentuk sirup, air garam dan lain-lain. Unsur
yang tidak diinginkan termasuk zat besi, senyawa belerang, kesadahan tinggi.
Air untuk pencucian pertama bahan-bahan mentah boleh yang bermutu rendah,
tetapi air untuk pendinginan kaleng harus cukup suci-hama (misalnya diberi klorine)
untuk mencegah kemungkinan masuknya bakteri sesudah pengolahan. Sebagai
persyaratan minimum untuk air pendingin kaleng
telah dianjurkan adanya kandungan total sisa klorine tidak lebih dari 4
mg/l, sebagian harus dalam bentuk sisa klorine bebas, sesudah pendinginan
kaleng selesai (Purnomo dan Adiono, 1982). Dalm hal air harus diolah kembali
karena alasan ekonomis, maka harus dilakukan pemberian klorine sebelum air
digunakan. Penghematan penggunaan air dalm jumlah yang agak besar dapat diperoleh dengan melakukan
langkah-langkah pengolahan yang mengunakan sedikit air, dan oleh karenanya
pembuangan yang dihasilkan juga lebih sedikit, misalnya pengupasan kentang dan
beberapa buah-buahan dengan soda kering (dry
caustic).Optimasi kondisi blanching dan
sebagainya.
2.
Air Untuk
Pembuatan Minuman Berkarbonat
Pengendalian
mutu air sangatlah penting terutama untuk pembuatan minuman berkarbonat atau
minuman ringan, karena kesadahan karbonat yang tinggi (alkalinitas) dapat menyebabkan minuman menjadi tak lezat dan
rasanya menjadi tawar. Juga karena minuman ini pada hakekatnya adalah air maka
rasa atau bau apa pun yang kurang menyenangkan
yang ada di dalam air akan
mempengaruhi rasa produk akhir. Kejernihan yang tinggi dari sebagian besar
minuman ringan (soft drink) merupakan
faktor penting dari segi pemasaran.
Komponen air
lainnya yang batasnya juga sering harus diperhatikan adalah termasuk total
padatan, zat besi dan mangan, sisa klorine dan bermacam-macam mikroorganisme.
3.
Air Untuk
Pembuatan Bir
Air yang
digunakan untuk pembuatan bir dari malt merupakan komponen dasar dari bir dan
mutu bir terutama tergantung pada sifat-sifat air tersebut. Yang sangat penting
dalam tahap pencampuran adalah kandungan kalsium dan bikrbonat, karena ini akan
mempengaruhi pH dari campuran dan oleh karenanya juga mempengaruhi aktivitas
enzim amylase dan protease. Pada saat mendidih, air dengan pH rendah
menyebabkan kurangnya ekstraksi sari bahan pahit dari hop dan warna kurang
berkembang, dan hal sebaliknya dapat terjadi apabila pH air lebih tinggi.
Mutu dari
banyak air tradisional yang terkenal sangat dipengaruhi oleh kandungan total
mineral dari air yang digunakan. Penambahan garam kalsium dan bahan tambahan
yang lain biasa digunakan untuk persediaan air yang tidak sadah/ sangat lunak.
Soal Latihan :
1. Buatlah
konfigurasi electron dari unsur oksigen dan pengisiannya kulit orbitalnya.
2. Mengapa
moleku air dikatakan sebagai molekul yang berikatan kovalen?
3. Gambarkan
struktur molekul air dengan sudut antara kedua atom hydrogen yang benar.
Mengapa sudut tersebut tidak 1800?
4. Apa
yang dimaksud aktivitas air, aw, dalam bahan pangan? Gambarkan
hubungan antara aw dengan kadar air bahan pangan.
5. Sebutkan
minimum lima jenis komoditas dengan kandungan airnya masing-masing. Apa efek
dari perbedaan kadar air dari komoditas-komoditas tersebut?
6. Sebutkan
minimum empat peranan air dalam bahan pangan.