Undoukai (Kegiatan Olahraga Terkordinir)
Tahunan
di Sekolah Dasar Hiyodoridai,
Kobe, Jepang
Oleh : Jumiarti Agus
Bulan September, di banyak sekolah
di Jepang mengadakan undoikai (kegiatan olah raga yang terkordinir, terjemahan bebas
menurut saya). Begitu juga di sekolah Najmi yang baru di Hiyodoridai, Kita-Ku,
Kobe. Sekolah ini bukanlah sekolah yang berada di kota besar, orang di sini
meyebut daerah ini sebagai desa. Ya, di sekitar tempat tinggal kami yang
sekarang masih banyak hijaunya (hutan-hutannya). Sangat berbeda dengan daerah
tempat tinggal kami sebelumnya, di Minami Machida, Tokyo. Namun fasilitas
sekolah dasar negeri, bangunan dan gedung sekolah yang megah dan kokoh
berlantai empat, tak kalah dengan sekolah Najmi sebelumnya di Tokyo. Bahkan dari
segi teknologi, sekolah yang di Kobe ini lebih maju, di sini mereka menggunakan
energy listrik, dari solar cell (energy panas matahari).
Minggu 29 September 2013, cuaca pagi
memang terasa mulai dingin, tapi setelah jam 9 terik dan panas matahari sangat
terasa. Bahkan serasa musim panas. Di tengah terik dan panasnya sengatan
matahari, anak-anak murid SD Hiyodoridai mengadakan undoukai. Semua guru ikut berpartisipasi dan
menjalankan tugas sesuai perencanaan. Tidak hanya guru olah raga yang aktif di
lapangan. Sehingga dipastikan acara berjalan sangat baik, lancar dan apik,
tanpa ada kerusakan teknis, dan hal yang terjadi di luar dugaan. Begitulah ciri
khas orang Jepang yang selalu apik mengemas acara (selama pengalaman dan
pengamatan kami hadir di banyak event di Jepang).
Sesuai rencana yang tertulis
diundangan, jam 9 teng acara dimulai. Najmi sudah berangkat dari jam 7.50, seperti
jadwal biasa ia meninggalkan rumah di pagi hari. Rais, Aqeela dan papinya
berangkat jam 8 lebih 45 menit. Sementara saya sedikit telat, karena harus
menyiapkan bentou (bekal) untuk makan siang bersama di sekolah. Bentou saya titipkan pada papi dan anak-anak, setelahnya saya
baru bersiap untuk pergi. Jarak dari rumah kami ke sekolah hanya 5 menit
berjalan kaki.
Lapangan sekolah tampak dipenuhi
oleh pengunjung, anak-anak dari kelas satu hingga kelas enam memasuki lapangan,
dan memberikan salam. Acara inti pada pembukaan, adalah sambutan kepala sekolah
yang hanya beberapa menit saja.
Kepala sekolah menekankan, “Bahwa
kegiatan ini untuk terciptanya tubuh yang sehat dan kuat, serta persahabatan
dan keakraban bagi semua murid. Semua kalian baik group putih dan group merah
adalah sama-sama murid SD Hiyodoridai. Kalah dan menang tidak menjadi tujuan.
Bergiatlah dan bersungguh-sungguh melakukan semua yang menjadi program pada undoukai tahun ini. Saigo made gambarimashou!”
Khusus hari undoukai ini semua anggota keluarga memberikan oen (support); nenek-kakek, ayah-ibu,
adek-kakak hingga bayi pun, ikut bersama datang ke sekolah. Setiap keluarga
membawa bentou (bekal) makan siang, berbagai peralatan untuk
mendokumentasikan acara (kamera, video, dll), berbagai macam perlengkapan untuk
makan; mulai dari rejasitto (alas tempat duduk lesehan, hingga meja dan kursi makan
lipat. Semuanya tergantung pada kesukaan masing-masing.
Setiap keluarga sudah mengambil
tempat, dan menghamparkan alas tempat duduk secara beraturan. Tanpa ada yang
berebut, berantam, perang mulut, berselisih paham satu orang pun. Dan tanpa ada
petugas yang mengomandoi semuanya untuk tertib dan teratur.
“Tampak semuanya sudah paham,
bagaimana harus bersikap dan bertindak ketika berada di tengah masyarakat. Inilah
salah satu bukti nyata hasil pendidikan moral dan karakter di lingkungan
masyarakat Jepang.”
Di tengah teriknya matahari yang
tiada redup sedikitpun, yel-yel semangat dan teriakan ayo bergiat dari group putih dan group
meriah, dikomandokan secara teratur dan bergantian.
Lomba lari estafet, mulai dari murid
kelas satu hingga murid kelas enam. Lomba lari merupakan acara wajib di seluruh undoukai yang pernah kami hadiri, mulai dari hoikuen (prasekolah) hingga SD. Semua anak harus di-support untuk mempunyai tubuh yang sehat dan kuat.
Para alumni, mereka yang bersekolah
di sekolah menengah pertama (SMP) Hiyodoridai, juga ikut mengisi acara, Mereka
menampilkan alat musik komplit dengan terompet besar Mereka mengambil posisi di
lapangan, dengan berbagai konfigurasi yang diarahkan untuk semua pengunjung
yang berdiri di lingkaran belakang tempat murid-murid yang duduk teratur di
lapangan sekolah.
Pada saat istirahat, (jam 12 hingga
jam satu) setiap keluarga ngampar di sekitar lingkungan sekolah. Bahkan di SD Hiyodoridai,
aula sekolah yang berfungsi serba guna juga dibuka, di sana juga penuh dengan
tamu yang datang. Sungguh merupakan acara penting dan besar dari semua acara
yang diadakan oleh sekolah yang melibatkan keluarga. Manusia yang hadir sangat
ramai.
Kegiatan senam dan olahraga tubuh
juga ditampilkan dan cukup mendominasi. Kesulitan gerakan disesuaikan dengan
usia dan tingkatan kelas. Murid kelas lima dan enam menampilkan kegiatan senam
dan olahraga tubuh yang sangat sulit. Mulai dari kegiatan senam perorangan,
hingga kegiatan senam dan olahraga tubuh berkelompok. Najmi karena tubuhnya
ringan, dia kerapkali berperan di posisi piramid paling di atas.
Kegiatan dance yang inovatif diringi dengan musik; mulai dari musik
tradisional Jepang hingga musik dan nyanyian populer berbahasa Inggris. Dance ditampilkan oleh murid-murid kelas satu dan dua, serta murid
kelas 3 dan kelas 4. Gerakannya mudah tapi bermanfaat untuk tubuh. Posisi dan
konfigurasi murid diatur sedemikian rupa, sehingga sangat indah dipandang, dan
bisa dinikmati oleh seluruh hadirin.
Kegiatan berupa permainan juga
dihadirkan. Anak-anak kelas satu dan kelas dua, memasukkan bola ke dalam
keranjang. Group merah memasukkan bola ke dalam keranjang berwarna merah, dan
hal yang sama untuk group putih. Jumlah bola yang masuk dihitung bersama-sama.
Bila dalam dua ronde yang ditetapkan nilainya 1-1 untuk kedua group, maka pada
ronde ketiga kedua group harus memasukkan semua bola ke dalam keranjangnya
masing-masing. Pemenang adalah group yang lebih dahulu menyelesaikan tugasnya.
Setiap usai satu program, tepuk
tangan penonton sangat meriah sekali. Seringkali tepuk tangan disertai dengan
suara sugoi !!! (hebat!!!) yang berulangkali, dan diiringi dengan
wajah ceria dan takjub.
Meskipun cuaca panas dan terik makin
terasa, para murid tidak ada yang merengek kepanasan. Mereka semua tetap
semangat. Para keluarga yang datang pun tetap menonton memenuhi lapangan. Tidak
ada satu orang pun yang pingsan, meskipun seringkali terjadi orang yang jatuh tiba-tiba
karena panas yang sangat terik, di Jepang. Para orangtua selalu siaga mengisi
botol minum anaknya masing-masing, sebagai ganti air di dalam sel tubuh yang
cepat menguap, karena sungguh panas terik. Kami sampai balik ke rumah untuk
menjemput air minum segar untuk Najmi.
Para guru sudah memikirkan bagaimana
program undoukai juga melibatkan anggota keluarga. Para anggota keluarga yang
hadir juga diikutkan dalam program setelah makan siang. Ada program untuk para
ayah dan ibu. Misalnya tarik tambang. Dan ada juga program untuk anak-anak.
Siapa yang berminat harus mendaftar sebelum hari-H agar bila terjadi luka atau
kecelakaan, yang ikut serta sudah siap dengan hoken (kartu
asuransinya).
Acara undoikai sesuai
program berakhir sampai jam 3 sore. Sangat panjang memang. Dan dari semua
program yang mengikutsertakan anggota keluarga, inilah program tahunan yang
terpanjang dan terbesar, yang tampaknya tidak boleh dilewatkan oleh semua
anggota keluarga.
Dari totalitas rangkaian acara, saya
menganalisis bahwa kegiatan undoukai tidak hanya bertujuan untuk pembentukan fisik yang sehat dan
kuat. Tapi juga bertujuan untuk mengajarkan kerjasama, kekompakan, hidup
harmonis, kejujuran dan sportivitas, serta semangat juang yang tinggi. Jadi
kegiatan undoukai mempunyai makna untuk pembentukan pisik, mental dan
kepribadian yang baik untuk seluruh murid-murid.
Dengan perlombaan sistem group merah
dan putih yang terdiri dari murid kelas satu hingga kelas enam, artinya mereka
mengajarkan murid-muridnya untuk berjuang secara berjamaah dan kompak dalam
tim, sejak dini. Mereka tidak menampilkan event perlombaan perorangan yang
mewakili kelas. Karena perlombaan seperti ini beresiko untuk menumbuhkan minat,
bakat, dan potensi diri anak-anak.
Perlombaan secara berjamaah mempunyai
arti menumbuhkan rasa percaya diri pada setiap anak. Kemenagan tim bisa terjadi
karena perjuangan berjamaah, dan bukan karena si A dan si B yang hebat. Mereka
tidak menjagokan personil, karena ini bisa menyebabkan timbulnya ungkapan,
egois pribadi, “Aku yang hebat dan lebih jago”. Maka itu di tubuh masyarakat
Jepang, rasa arogan pribadi, dan meremehkan orang lain adalah hal yang tabu dan
tidak ditampilkan oleh masyarakat dewasanya.
Mereka para pendidik di Jepang
meyakini dan sangat paham bahwa semua muridnya mempunyai potensi yang harus
selalu dibina dan disupport. Mereka sangat mengerti untuk melanjutkan
pembangunan di negara Jepang dibutuhkan generasi penerus yang akan mengisi
berbagai lini, makanya dari dini potensi semua muridnya harus ditumbuhkembangkan,
sehingga besarnya nanti mereka bisa mengambil peran sesuai potensi dirinya.
Selama event berlangsung tidak ada
satupun yang bertengkar, atas perlombaan berjamaah dan penilaian oleh juri
(guru-guru mereka). Emosional atas kekalahan group tidak pernah terjadi. Guru
selalu menjaga stabilitas emosional semua muridnya, dengan menyemangati kedua
group secara berimbang. Dan rasa bangga yang berlebihan karena menang, juga
tidak ada ditubuh murid-muridnya. Semua teriakan, “Yatta, aka ga kachi atau yatta shiro ga kachi (Hore group
merah yang menang atau hore group putih yang menang!)” Hanya
berakhir di lapangan saja.
Menghadiri event ini merupakan
pendidikan yang luar biasa bagi kami yang mempunyai kesempatan mengamati sistem
pendidikan yang didapatkan oleh anak kami. Dan ini adalah rahmat yang luar
biasa dari Allah SWT, sebagai bahan masukan bagi kami untuk berjuang di Aku
Cinta Indonesia Kita (ACIKITA Http://acikita.org)). Karena kebobrokan dan
terdegradasinya moral bangsa Indonesia (yang berakibat fatal terhadap kemajuan
RI kita) hanya bisa dijawab dengan memperbaiki sistem pendidikan dini di
Indonesia.
Sistem pendidikan di Indonesia
sangat salah besar, karena dari kecil anak diinginkan jago berhitung, tambah
dan kurang, serta pintar bahasa Inggris. Sistem pendidikan dini di negeri kita,
tidak fokus pada pembentukan moral dan kepribadian anak yang baik. Sehingga
manusia dewasa Indonesia saat ini gampang berbohong, korupsi, membanggakan diri
pribadi, tidak mau bertanggungjawab atas kesalahan yang dilakukan, suka
menjerumuskan orang lain, ingin sukses instan dengan menghaalalkan berbagai
cara, dan lain-lain seperti yang terjadi secara nyata di tengah peradaban
manusia Indonesia saat ini.
“Sungguh memprihatinkan sekali!”
Di Jepang, negara maju yang
masyarakatnya mempunyai moral dan kepribadian yang baik, pendidikan dini lebih
ditekankan pada pengajaran moral dengan sistem aplikasi yang terinovasi,
teladan para pendidik pada semua program, dan kesempatan di sekolah setiap
hari. Kemajuan mereka sangat berakar kuat pada moral dan kepbribadian
bangsanya. Inilah rahasia kemajuan bangsa Jepang yang sesungguhnya.
Indonesia mesti banyak belajar pada
Jepang, tentunya mengambil yang terbaik, dan memformulasikannya sesuai agama,
budaya dan etika dan kebutuhan bangsa Indonesia.
Yuk tetap semangat untuk perbaikan
negeri kita tercinta
Wassalam
Jumiarti Agus