Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

PELAPISAN LANTAI


Memilih pelapis lantai yang tepat berdampak pada tanaman dan produk

Doni Riddle, Wakil Presiden, Pemasaran Industri dan Marine, Perusahaan Sherwin-Williams

Fasilitas industri dari semua jenis di Amerika Serikat diwajibkan untuk mematuhi berbagai standar pemerintah federal, dan industri pengolahan makanan tentu tidak terkecuali. Karena sifat dari produk yang mereka hasilkan, makanan pabrik pengolahan berada di bawah pengawasan yang lebih ketat oleh regulator daripada industri lainnya.
        Di gudang dan daerah industri ringan, dan industri tidak terlibat dengan produk konsumsi, setelah dilapisi lantai beton mungkin menjadi pilihan yang bisa diterima. Namun dalam tanaman makanan dan minuman, di mana kebersihan dan kemurnian adalah hal yang terpenting, itu adalah non-negotiable bahwa lantai beton ditutupi dengan lapisan pelindung yang tepat, sangat sering disediakan oleh mulus, sistem lantai higienis coating.
        Lantai dari fasilitas pengolahan makanan biasanya terkena segala macam produk sampingan makanan, termasuk lemak, minyak panas, darah, solusi gula, dan asam makanan alami. Beberapa zat dapat menyebabkan kerusakan serius pada beton karena sifat korosif mereka. Selain itu, kontaminan dapat menyusup beton dilapisi, sehingga pertumbuhan tidak terkendali dari bakteri, kemurnian makanan olahan yang pada akhirnya merendahkan.
        Akibatnya, pelapis dipilih untuk aplikasi untuk makanan dan minuman pengolahan lantai fasilitas harus cukup tahan lama dan cukup tebal untuk menciptakan sebuah penghalang pelindung yang mencegah kontaminan dari menyerap substrat beton dan memastikan permukaan higienis.
        
Apa jenis coating?
Itulah pertanyaan besar yang operator pabrik dan manajer pemeliharaan industri harus menjawab untuk memenuhi persyaratan pemerintah dan memastikan fasilitas pengolahan yang aman dan sanitasi. Prosesor bahan pangan menghadapi tuntutan untuk permukaan higienis di berbagai bidang tanaman, semua dengan kondisi korosif yang berbeda, seperti untuk tempat penyimpanan kering, kamar cold storage, dan pencampuran, pengalengan dan menyembelih daerah.
        Lantai sistem pelapisan telah dikembangkan untuk memenuhi berbagai kondisi layanan, dan sering, ada sejumlah sistem yang dapat digunakan untuk aplikasi. Akibatnya, jenis pelapis lantai yang digunakan adalah salah satu dari spesifikasi produk yang paling penting dalam pengolahan makanan manajer pabrik dapat membuat.
        

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Choosing the right floor coatings impacts the plant and the product


Doni Riddle, Vice President, Industrial and Marine Marketing, The Sherwin-Williams Company

Industrial facilities of all kinds in the United States are required to adhere to numerous federal government standards, and the food processing industry is certainly no exception. Because of the nature of the products they produce, food processing plants are under closer scrutiny by regulators than many other industries.
        In warehouses and light industrial areas, and in industries not involved with consumable products, having uncoated concrete floors may be a perfectly acceptable choice. But in food and beverage plants, where cleanliness and purity are paramount, it is non-negotiable that concrete floors be covered with an appropriate protective coating, very often provided by seamless, hygienic floor coating system.
        The floor of a food processing facility is typically exposed to all sorts of food byproducts, including fats, hot oils, blood, sugar solutions, and natural food acids. Some of these substances can cause serious damage to concrete because of their corrosive nature. In addition, these contaminants can infiltrate uncoated concrete, resulting in uncontrolled growth of bacteria, ultimately degrading the processed food’s purity.
        Consequently, coatings selected for application to food and beverage processing facility floors must be durable enough and thick enough to create a protective barrier that prevents contaminants from permeating the concrete substrate and ensures a hygienic surface.
       
What kind of coating?
That is the big question that plant operators and industrial maintenance managers must answer in order to meet government requirements and ensure a safe and sanitary processing facility. Processors of foodstuffs face demands for hygienic surfaces across a variety of plant areas, all with differing corrosive conditions, such as for dry storage areas, cold storage rooms, and mixing, canning and slaughtering areas.
        Floor coating systems have been developed to meet this range of service conditions, and frequently, there are a number of systems that can be used for an application. As a result, the type of floor coating used is one of the most important product specifications a food processing plant manager can make.
       

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0


PRINSIP DAN APLIKASI PENGAWETAN DENGAN GELOMBANG MIKRO
(Makalah Mata Kuliah Dasar – Dasar Pengawetan)



Oleh
Kelompok 4
1.      Anitsa Asrining Puri              1114051005
2.      Devi Hanafiarti                      1114051014
3.      Elfrida Enzelina                      1114051016
4.      Evrilia Sulvika Neri               1114051017
5.      Isah Nur Chasisa                   1114051027
6.      Landrova Putra Sitio              0914051034
7.      Putri Eka Wijayanti                1114051042
8.      Rosi Mauliana Sari                1114051050
9.      Yoan Martian Sari                 1114051066






JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
I.                   PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Bahan pangan merupakan materi yang mudah rusak (perishable).  Dengan sifat yang mudah rusak, maka bahan pangan mempunyai masa simpan yang terbatas.  Bermacam-macam teknik pengawetan dan pengolahan bahan pangan dilakukan untuk memperpanjang marketable life komoditas hasil pertanian di antaranya pengeringan, pembekuan, penggunaan bahan kimia dan iradiasi.

Tujuan pengawetan pangan adalah untuk menghambat atau mencegah terjadinya kerusakan pangan, mempertahankan kualitas bahan, menghindarkan terjadinya keracunan dan mempermudah penanganan serta penyimpanan.  Bahan pangan yang awet mempunyai nilai yang lebih tinggi karena terjadinya kerusakan dapat diperkecil.  Namun demikian metode pengawetan tidak selalu dapat mempertahankan kualitas asal bahan pangan atau kandungan gizi dari komoditas yang diawetkan. Contohnya pada makanan cepat saji (instant) yang menggunakan pengawet dari bahan kimia seperti natrium benzoat, asam sitrat, dan lain - lain. Seiring berkembangnya zaman, ditemukannya bukti-bukti bahwa efek dari bahan pengawet tersebut berbahaya karena menggangu bagi kesehatan dan dapat mengakibatkan kerusakan bahan pangan. Faktor-faktor tersebut penulis menyarankan menggunakan teknik pengawetan makanan yang lebih praktis.  Salah satu metode pengawetan pangan yang mampu menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia adalah  radiasi yaitu menggunakan gelombang elektromagnetik seperti gelombang mikro (microwave).

Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang tanpa media. Sedangkan teknik iradiasi adalah pemancaran energi dengan radiasi gamma berintensitas tinggi yang dapat membunuh organisme berbahaya, tetapi tanpa mempengaruhi nilai nutrisi makanan tersebut dan tidak meninggalkan residu serta tidak membuat makanan menjadi radioaktif. Menurut Winarno et al. (1980), iradiasi adalah teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan.

Gelombang mikro merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki energi tertentu. Sedangkan peralatan dapur yang menggunakan radiasi gelombang mikro untuk memasak atau memanaskan makanan disebut Oven mikrogelombang (microwave oven). Gelombang mikro (microwaves) adalah gelombang radio dengan frekuensi paling tinggi (superhigh frequency = SHF:), yaitu di atas 3 GHz (3 x 109 Hz). Jika gelombang mikro diserap oleh sebuah benda, maka akan muncul efek pemanasan pada benda itu. Jika makanan menyerap radiasi gelombang mikro, maka makanan menjadi panas dalam selang waktu yang sangat singkat.Hal inilah yang perlu diperhatikan ketika mengawetkan makanan dengan geleombang mikro.

Metode radiasi merupakan salah satu jenis pengolahan bahan pangan yang menerapkan gelombang elektromagnetik.  Metode radiasi bertujuan mengurangi kehilangan akibat kerusakan dan pembusukan, serta membasmi mikroba dan organisme lain yang menimbulkan penyakit terbawa makanan.  Tetapi prinsip pengolahan, dosis, teknik dan peralatan, persyaratan kesehatan dan keselamatan serta pengaruh iradiasi terhadap pangan harus diperhatikan.Pentingnya teknik pengawetan ini adalah dengan pengembangan dan penggunaan radiasi untuk stabilitasasi bahan pangan memberikan kemungkinan bahan pangan dapat diawetkan tanpa mengalami perubahan nyata sifat alaminya (Desrosier, 1988).

Pengawetan dengan radiasi ternyata mempunyai beberapa kelebihan dan keunikan, bila dibandingkan dengan dengan proses pengawetan lain yang dikenal selama ini. Sifat-sifat sinar gama, sinar X, atau sinar elektron yang digunakan dalam proses ini mempunyai daya tembus besar serta merupan proses yang tidak menimbulkan perubahan suhu pada bahan pangan yang diradiasi (Maha, 1981). Sifat ini menyebabkan dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan yang telah dikemas dalam bentuk kemasan akhir atau bahan yang telah dibekukan, sehingga penggunaannya lebih praktis. Disamping itu mutu dan kesegaran bahan pangan tidak berubah  karena suhu tetap, dan tidak menimbulkan residu zat kimia pada bahan pangan atau polusi pada lingkungan (Goresline, 1973).


B.     Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Agar lebih memahami penggunaan teknik dan prinsip metode radiasi untuk mengawetkan bahan pangan.
2.      Agar lebih memahami menentukan dosis radiasi atau gelombang mikro yang tepat.
3.      Agar lebih mengetahui aspek keamanan pangan dalam menggunakan teknik radiasi.



II.               ISI


A.    Definisi Radiasi

Proses pengawetan dengan sumber radiasi ini dikenal dengan iradiasi. Iradiasi merupakan penggunaan energi buatan untuk mempengaruhi atau mengubah sebagian keseimbangan materi dengan tujuan tertentu. Tujuan radiasi adalah untuk pengawetan, membantu proses pengolahan dan penelitian tentang mekanisme perubahan atau struktur senyawa bahan pangan.

Salaha satu  radiasi atau gelombang elektromagnetik yang sering digunakan adalah gelombang mikro. Gelombang mikro (microwaves) adalah gelombang radio dengan frekuensi paling tinggi (superhigh frequency = SHF:), yaitu di atas 3 GHz (3 x 109 Hz). Gelombang Mikro (microwaves) merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki energi tertentu. Gelombang ini berbeda dengan gelombang cahaya dan radio dalam panjang gelombang dan frekuensinya. Gelombang mikro terletak diantara gelombang radio dan radiasi merah infra. Gelombang makro mempunyai panjang pada kisaran 0.025 – 0.75 m atau frekuensi 20.000- 400 Mhz. Frekuensi gelombang mikro berdekatan dengan frekuensi gelombang radio dan tumpang tindih dengan radar,sehinga dapat menggangu komunikasi. Dengan kondisi seperti tersebut, maka penggunaan gelombang mikro untuk aplikasi pangan umumnya menggunakan frekuensi2450 dan 915 MHz.


Adapun sifat-sifat gelombang mikro dalam kaitannya dengan Microwave Oven adalah:
1.      Refleksi (Pemantulan)
Gelombang mikro lebih banyak dipantulkan bila mengenai permukaan logam atauyang berwarna cerah. Bila digunakan wadah memasak yang terbuat dari logam / metal, makanan tidak akan / lama matang karena gelombang mikro dipantulkan dan juga dapat menimbulkan bunga api (spark).
2.      Transmisi
Gelombang mikro dapat melalui atau melewati benda / material yang mempunyaisifat dielektrik (perlawanan arus listrik) yang kecil seperti gelas, plastik, kertas,keramik porselin; sehingga benda ini tidak dipengaruhi oleh gelombng mikro.
3.      Absorbsi (Penyerapan)
Gelombang mikro diserap oleh benda / material yang mempunyai sifat dielektrik yang besar seperti makanan dan benda yang mempunyai permukaan berwarna gelap  Gelombang mikro yang diserap oleh makanan akan menghasilkan panas didalammakanan sehingga makanan dimasak / matang.

Pengaruh perlakuan radiasi terhadap mikroba dapat merusak DNA sel hidup. Adanya radiasi mengakibatkan enzym tidak terbentuk. Pengaruh radiasi terhadap bahan pangan dapat merusak sel - sel jaringan seperti perubahan warna pada pigmen, perubahan tekstur pada protein serta merusak vitamin. Pengaruh tidak langsung terjadi pada sel-sel molekul menjadi pasangan ion radikal bebas misalnya air akan pecah menjadi H (radikal hidrogen) dan OH (radikal hidroksil), dimana radikal-radikal H dan OH dapat bereaksi satu sama lain dengan oksigen, dengan molekul organik dan ion-ion yang terlarut dalam air. Protein sangat rentan terhadap iradiasi, terutama protein yang mengandung sulfur akan pecah. Iradiasi terhadap lemak yang mengandung ikatan peroksida mengakibatkan bau dan rasa tidak enak.


B.     Kelebihan dan Kelemahan Radiasi

Kelebihan dan keuntungan radiasi adalah:
  1. Mutu bahan pangan yang meliputi warna, struktur, rasa, aroma dan vitamin tidak berbahaya bagi kesehatan konsumen.
  2. Bahan tetap dalam keadaan segar
  3. Kenaikan suhu bahan yang disterilkan tidak melebihi 40C
  4. Dapat ditempatkan dalam wadah atau kaleng
  5. Tidak meninggalkan residu dan dapat dilakukan pada produk akhir
  6. Dapat membunuh mikroba secara efektif dan prosesnya mudah dikontrol.
  7. Tidak ada atau sedikit sekali proses pemanasan pada makanan sehingga hampir tidak ada perubahan dalam sensor karakteristik makanan,
  8.  Hanya membutuhkan sedikit energi,
  9. Proses dapat digunakan untuk mengeliminasi bakteri dalam jumlah besar sehingga dapat membuat makanan yang tidak layak makan menjadi layak jual,

Adapun kelemahannya, yaitu
a.       Jika mikro-organisme pembusuk dimusnahkan tetapi bakteria patogen tidak, konsumen tidak bisa melihat indikasinya dari bentuk makanan,
b.      Makanan akan berbahaya bagi kesehatan jika bakteri penghasil racun dimusnahkan setelah bakteri tersebut mengkontaminasi makanan,
c.       Kemungkinan perkembangan resistensi mikroorganisme terhadap radiasi,
d.      Hilangnya nilai nutrisi makanan,
e.       Sampai sekarang, prosedur analitik dalam mendeteksi apakah makanan telah diirradiasi belum mencukupi, dan resistensi publik disebabkan oleh kekhawatiran akan pengaruh radioaktif  atau alasan lain yang berhubungan dengan kekhawatiran terhadap industri nuklir.

Radiasi pada makanan umumnya adalah radiasi pengion yang dihasilkan oleh isotop radioaktif atau percepatan elektron. Iradiasi disebut juga sterilisasi dingin karena tidak terdapat kenaikan suhu yang nyata.

C.    Metode Radiasi

Metode radiasi adalah  proses aplikasi radiasi energi pada suatu sasaran, seperti pangan.  Menurut Maha (1985), iradiasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk pemakaian energi radiasi secara sengaja dan terarah.  Sedangkan menurut Winarno et al. (1980), metode radiasi adalah teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan.

Jenis radiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan adalah radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang dilaluinya.  Jenis radiasi ini dinamakan radiasi pengion, contoh radiasi pengion adalah radiasi partikel a, b, dan gelombang elektromagnetik g.  Contoh radiasi pengion yang disebut terakhir ini paling banyak digunakan (Sofyan, 1984; Winarno et al., 1980).

Selain mengawetan bahan makanan, radiasi pengion dapat pula dimanfaatkan untuk menghambat pertunasan, menunda pematangan, disinfestasi serangga/hama gudang, dekontaminasi bakteri patogen dan mensterilkan produk pangan dari segala bentuk cemaran mikroba.  Proses  sterilisasi makanan dengan radiasi pengionini bertujuan untuk mencegah penularan penyakit melalui makanan dan memperpanjang masa simpan. Makanan yang telah diiradiasi tidak mengalami perubahan nilai nutrisi dan tidak membuat makanan bersifat radioaktif.

Apabila suatu zat dilalui radiasi pengion, energi yang melewatinya akan diserap dan menghasilkan pasangan ion.  Energi yang melewatinya akan diserap dan menghasilkan pasangan ion.  Energi yang diserap oleh tumbukan radiasi dengan partikel bahan pangan akan menyebabkan eksitasi dan ionisasi beribu-ribu atom dalam lintasannya yang akan terjadi dalam waktu kurang dari 0,001 detik.


D.    Prinsip Metode Radiasi Pangan

Pada pengawetan bahan pangan dengan iradiasi digunakan radiasi berenergi tinggi yang dikenal dengan nama radiasi pengion, karena dapat menimbulkan ionisasi pada materi yang dilaluinya (Maha, 1981). 

Bila sumber radiasi (sinar x, sinar gamma dan berkas elektron) mengenai bahan pangan, maka akan menimbulkan eksitasi, ionisasi dan perubahan komponen yang ada pada bahan pangan tersebut.  Apabila perubahan terjadi pada sel hidup, maka akan menghambat sintesis DNA yang menyebabkan proses terganggu dan terjadi efek biologis.  Efek inilah yang digunakan sebagai dasar untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada bahan pangan (Maha, 1981).

Prinsip kerja radiasi dengan berkas sinar electron pada dasarnya, akselerator sebagai pembangkit berkas sinar electron berfungsi seperti tube televisi. Electron tersebar dan memukul layarphosphorescent dengan energy yang cukup rendah. Electron terkonsentrasi dan kecepatannnya dipercepat menjadi 99% kecepatan cahaya. Berkas sinar tersebut menembus objek yang berupa bahan pangan. Reaksi yang sangat cepat pada permukaan molekul akan menyebabkan bakteri yang menempel rusak seketika. Sayangnya, karena menggunakan energy listrik, iradiasi dengan menggunakan sinar gamma lebih disukai. Pengaturan dosis iradiasi terhadap berbagai bahan pangan dilakukan dengan mengatur kecepatan konveyor yang membawa bahan pangan ke kamar iradiasi.
 
Pemanfaatan praktis iradiasi bahan pangan banyak berkaitan dengan pengawetan.  Radiasi menonaktifkan organisme perusak pangan, yaitu bakteri, kapang dan khamir.  Iradiasi juga efektif untuk memperpanjang masa simpan sayur dan buah segar karena membatasi perubahan hayati yang berkaitan dengan pematangan, peramunan, pertumbuhan dan penuaan.



E.     Mekanisme Kerja Gelombang Mikro

Gelombang mikro dapat digunakan sebagai pemanas makanan karena memiliki tiga buah sifat dasar yang menjadi dasar prinsip kerja microwave :
1.      Gelombang mikro akan dipantulkan oleh bahan logam seperti baja atau besi.
2.      Gelombang ini dapat menembus bahan non logam tanpa memanaskannya.
3.      Gelombang ini akan diserap oleh air.

Sebagai gelombang elektromagnetik, gelombang mikro yang menjalar membawa energi yang cukup untuk memanaskan cairan pada makanan. Gelombang mikro yang dipancarkan magnetron ke dalam ruang microwave akan terperangkap di dalamnya karena terlindung oleh dinding microwave yang terbuat dari logam. Selanjutnya apabila gelombang mikro mengenai cairan, maka energi gelombang mikro ini akan diserap oleh cairan tersebut. Jika gelombang mikro diserap oleh sebuah benda, maka akan muncul efek pemanasan pada benda itu. Jika makanan menyerap radiasi gelombang mikro, maka makanan menjadi panas dalam selang waktu yang sangat singkat. Proses inilah yang dimanfaatkan dalam microwave oven (oven microwave) untuk memasak makanan dengan cepat dan ekonomis.

Secara teoritis ada dua proses mekanisme yang terjadi pada metode gelombang mikro yaitu mekanisme secara polarisasi dipolar dan mekanisme secara konduksi (Tien, 2010).

1.      Mekanisme secara polarisasi dipolar
Prinsip dari mekanisme ini adalah terjadinya proses dipolar sebagai akibat dariadanya interaksi dipol-dipol antara molekul-molekul polar ketika di radiasikan dengangelombang mikro. Dipol tersebut sengat sensitif terhadap medan listrik yang beasal dariluar sehingga dapat mengakibatkan terjadinya rotasi pada molekul tersebut yang akanmenghasilkan sejumlah energi. Energi yang dihasilkan pada proses tersebut adalahenergi kalor sehingga hal tersebut dikenal dengan istilah efek termal (pemanasandielekterik).
Molekul- molekul yang dapat dipanskan dengan gelombang mikro adalahmolekul-molekul yang bersifat polar, karena pada molekul- molekul yang bersifatnonpolar tidak akan terjadi interaksi dipol-dipol antar molekulnya, dengan kata lainbersifat inert terhadap gelombang mikro dielekrik.

2.      Mekanisme secara konduksi
Mekanisme secara konduksi terjadi pada larutan-larutan yang mengandung ion.Bila suatu larutan yang mengandung ion diberikan suatu medan listrik maka ion-iontersebut akan bergerak. Pegerakan tersebut akan mengakibatkan peningkatan kecepatanterjadinya tumbukan sehingga akan mengubah energi kinetik menjadi energi kalor.
Larutan-larutan yang mengandung ion akan memberikan energi kalor bila diberimedan listrik dibaningkan dengan larutan-larutan yang tidak mengandung ion. Sebagaicontoh pada air kran (masih mengandung ion) akan memeberikan energi kalor yanglebih tinggi pada saat diadiasikan dengan gelombang mikro daripada air destilasi.


F.     Alat yang Menggunakan Radiasi

http://ads2.kompas.com/layer/batan/images/7957_2012-06-22_180034.jpg

Iradiator merupakan suatu fasilitas untuk melakukan radiasi berbagai macam sampel atau produk dengan tujuan penelitian, pengembangan, pengawetan, dan sterilisasi. Karena itu, iradiator dapat disebut sebagai fasilitas iradiasi. Berdasarkan jenis radiasi pengion yang digunakan, radiator dikelompokkan menjadi iradiator gamma dan irradiator elektron. Iradiator gamma terbagi lagi menjadi empat kategori yang umumnya menggunakan zat radioaktif Co-60, sedangkan irradiator electron terbagi menjadi dua kategori dan menggunakan filamen, biasanya terbuat dari tungsten, atau plasma sebagai sumber radiasi.
Jenis radiasi yang digunakan adalah radiasi berenergi tinggi (radiasi pengion), karena menimbulkan ionisasi pada materi yang dilaluinya. Dalam prosesnya, terjadi interaksi antara radiasi dan materi atau sel hidup yang menimbulkan berbagai proses fisika dan kimia, yang menghambat perkembangan sel hidup, mikroba. Jadi, dapat memperpanjang masa simpan makanan, juga menunda pertunasan, karena bisa bunuh kuman. Proses iradiasi ini, sama halnya saat menggoreng ikan. Kalau goreng ikan dengan panas, ini dengan sinar.

Dua jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan makanan adalah : sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co (kobalt-60) dan 137Cs (caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-pertikel bermuatan listrik.  Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama terhadap makanan.  Perbedaan yang sama terhadap makanan.  Perbedaan keduanya adalah pada daya tembusnya.  Sinar gamma mengeluarkan energi sebesar 1 Mev untuk dapat menembus air dengan kedalaman 20 – 30 cm, sedangkan berkas elektron mengeluarkan energi sebesar 10 Mev untuk dapat menembus air sedalam 3,5 cm.

Suatu persyaratan penting yang harus dipenuhi dalam proses pengolahan pangan dengan iradiasi adalah energi yang digunakan tidak boleh menyebabkan terbentuknya senyawa radioaktif pada bahan pangan (Sofyan, 1984).  Sampai saat ini sumber iradiasi yang banyak digunakan dalam pengawetan pangan adalah 60Co dan 137Cs. 


G.    Aplikasi Gelombang Mikro pada Peralatan Masak

Terdapat salah satu contoh peralatan memasak yang menggunakan microwaves yaitu pada microwavesoven. Oven mikrogelombang (microwave oven) adalah sebuah peralatan dapur yang menggunakan radiasi gelombang mikro untuk memasak atau memanaskan makanan.

http://htmlimg4.scribdassets.com/13cj45wfcw1m0391/images/16-d1b23c91a0.jpg
Gambar. Microwave oven

Di dalam setiap microwave terdapat sebuah magnetron. Fungsi magnetron adalah memancarkan gelombang mikro ke dalam microwave. Oven microwave terdiri dari tabung magnetron, yang mengubah listrik menjadi gelombang mikro frekuensi tinggi. Microwave adalah bentuk energi elektromagnetik, seperti gelombang cahaya atau gelombang radio, dan menempati bagian dari spectrum elektromagnetik. Microwave menyebabkan molekul makanan bergetar cepat, menciptakan gesekan yang menghasilkan panas yang kemudian memasak makanan. Dengan kata lain, makanan yang dimasak dalam microwave microwave cukup menyerap energi mereka dan berubah menjadi energi panas, yang memasak makanan.


H.    Dosis Radiasi dan Aplikasi Pengawet dengan Metode Radiasi

Menurut Hermana (1991), dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor kritis pada iradiasi pangan.  Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan.  Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai.  Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen.  Besarnya dosis radiasi yang dipakai dalam pengawetan makanan tergantung pada jenis bahan makanan dan tujuan iradiasi.  Persyaratan dosis yang dibutuhkan untuk mengiradiasi jenis pangan tertentu dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel.  Penerapan dosis dalam berbagai penerapan iradiasi pangan
Tujuan
Dosis (kGy)
Produk
Dosis rendah (s/d 1 KGy)
Pencegahan pertunasan



Pembasmian serangga dan parasit         

Perlambatan proses fisiologis dan menunda proses kematangan buah

0,05 – 0,15



0,15 – 0,50


0,50 – 1,00

Kentang, bawang putih, bawang bombay, jahe, rimpang, umbi-umbian

Serealia, kacang-kacangan, buah segar dan kering, ikan, daging kering

Buah dan sayur segar
Dosis sedang (1- 10 kGy)
Perpanjangan masa simpan

Pembasmian mikroorganisme perusak dan patogen

Perbaikan sifat teknologi pangan


Menurunkan kandungan mikroba dengan proses pasteurisasi


1,00 – 3,00

1,00 – 7,00



2,00 – 7,00



0,50 – 10


Ikan, arbei segar

Hasil laut segar dan beku, daging unggas segar/beku

Anggur (meningkatkan sari), sayuran kering (mengurangi waktu pemasakan)
Dosis tinggi (10 – 50 kGy)
Pensterilan industri
Pensterilan bahan tambahan makanan tertentu dan komponen-nya
Membunuh semua mikroba yang ada dengan proses sterilisasi


10 – 50

Daging, daging unggas, hasil laut, makanan siap hidang, makanan steril
*Hanya digunakan untuk tujuan khusus.  Komisi Codex Alimentarius Gabungan FAO/WHO
   belum menyetujui penggunaan dosis ini

Pengukuran dosis agar bahan pangan dapat menerima dosis iradiasi secara tepat, dilakukan dengan menggunakan suatu sistem dosimetri.  Dosimetri merupakan suatu metode pengukuran dosis serap (absorbsi) radiasi terhadap produk dengan teknik pengukuran yang didasarkan pada pengukuran ionisasi yang disebabkan oleh radiasi menggunakan dosimetri.


http://infonuklir.com/testing/images/uploader/2010_04_08_08_29_40.jpeg
                    Kentang yang tidak diradiasi           Kentang yang diradiasi

http://infonuklir.com/testing/images/uploader/2010_04_08_08_30_15.jpeg
       Strawberry yang tidak di radiasi dan diradiasi

Pemakaian teknik radiasi pengion untuk pengawetan bahan pangan telah diatur oleh pemerintah Republik Indonesia melalui peraturan menteri kesehatan yaitu PERMENKES No.152/MENKES/SK/II/1995 dan yang terakhir PERMENKES No.701/MENKES/PER/VIII/2009.
Tabel 11 :  Jenis pangan, tujuan dan dosis serap maksimum  (Lampiran I PERMENKES No.701/MENKES/PER/VIII/2009)
No
Jenis pangan
Tujuan iradiasi
Dosis serap
Maksimum
1
Umbi Lapis dan Umbi Akar
Menghambat Perunasan Selama Penyimpanan
0,15
2
Sayur dan Buah Segar (selain yang termasuk kelompok 1)
  1. Menunda Pematangan
  2. Membasmi Seranga
  3. Memperpanjang Masa Simpan
  4. Perlakuan Karantina*
1,0
1,0
2,5

1,0
3
Produk Olahan Sayuran dan Buah**
Memperpanjang Masa Simpan

7,0
4
Mangga
Memperpanjang Masa Simpan
0,75§
5
Manggis
  1. Membasmi Serangga
  2. Perlakuan Karantina
1,0
1,0
6
Serealia dan Produk Hasil Penggilingannya, Kacang-kacang, Biji-bijian Penghasil Minyak, Polong-polong, Buah Kering
  1. Membasmi Serangga
  2. Mengurangi Jumlah Mikroba
1,0
5,0
7
Ikan, Pangan Laut (Seafood Segar maupun Beku)
  1. Mengurangi Jumlah Mikroorganisme Patogen Tertentu**
  2. Memperpanjang Masa Simpan
  3. Mengontrol Infeksi Oleh Parasit Tertentu**
5,0


3,0

2,0
8
Produk Olahan Ikan, dan Pangan Laut
  1. Mengurangi Jumlah Mikroorganisme Patogen Tertentu**
  2. Memperpanjang Masa Simpan
8,0


10,0
9
Daging dan Unggas serta Hasil Olahannya (Segar maupun Beku)
  1. Mengurangi Jumlah Mikroorganisme Patogen Tertentu**
  2. Memperpanjang Masa Simpan
  3. Mengontrol Infeksi Oleh Parasit Tertentu**
  4. Menghilangkan Bakteri Salmonella
7,0


3,0

2,0

7,0
10
Sayuran Kering, Bumbu, Rempah-rempah Kering (Dry Herbs) dan Herbal Tea
  1. Mengurangi Jumlah Mikroorganisme Patogen Tertentu**
  2. Membasmi Serangga
10,0


1,0
11
Pangan yang Berasal dari Hewan yang dikeringkan
  1. Membasmi Serangga
  2. Membasmi Mikroba, Kapang, dan Khamir
1,0
5,0
12
Pangan Olahan Siap Saji Berbasis Hewani***
Sterilisasi dan Membasmi Mikroba Patogen termasuk Mikroba Berspora serta Memperpanjang Masa Simpan

65
* Dosis serap minimum dapat disesuaikan untuk membasmi organisme pertunasan pengganggu tumbuhan/organisme pengganggu tumbuhan karantina, untuk  lalat buah : 0,15 kGy.
§Dikobinasi dengan pencelupan dalam air hangat pada suhu 55C selama 5 menit.
** Dosis minimum dapat ditetapkan dengan mempertimbangkan tujuan perlakuan untuk menjamin mutu higienis pangan.
*** Wajib memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh institusi berwenang tentang iradiasi pangan dosis diatas 10 kGy.                                                                (Narasumber: ZI, Penulis HW)

Iradiator gamma digunakan untuk perlakuan karantina produk pangan berupa buah mangga yang penelitiannya saat ini sedang dilakukan bekerja sama dengan Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR). Untuk aplikasi teknologi nuklir yang memerlukan aktivitas iradiator atau dosis radiasi yang lebih tinggi maka digunakan IRKA. Terkait dengan pemanfaatannya untuk pangan, IRKA biasa digunakan untuk pengawetan pangan olahan, misalnya tahu, dan pangan olahan siap saji, misalnya pepes ikan dan rendang.


I.       Aspek Keamanan

Keamanan pangan iradiasi merupakan faktor terpenting yang harus diselidiki sebelum menganjurkan penggunaan proses iradiasi secara luas.  Hal yang membahayakan bagi konsumen bila molekul tertentu terdapat dalam jumlah banyak pada bahan pangan, berubah menjadi senyawa yang toksik, mutagenik, ataupun karsinogenik sebagai akibat dari proses iradiasi.

Hasil penelitian mengenai efek kimia iradiasi pada berbagai macam bahan pangan hasil iradiasi (1 – 5 kGy) belum pernah ditemukan adanya senyawa yang toksik.  Pengawetan makanan dengan menggunakan iradiasi sudah terjamin keamanannya jika tidak melebihi dosis yang sudah ditetapkan, sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh FAO-WHO-IAEA pada bulan november 1980.  Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa semua bahan yang diiradiasi tidak melebihi dosis 10 kGy aman untuk dikonsumsi manusia.  Pernyataan ini dikeluarkan sehubungan dengan munculnya kekhawatiran konsumen akan keracunan sebagai pengaruh sampingnya.


III.           PENUTUP


A.    Kesimpulan
                                                                          
1.      Pengaruh perlakuan radiasi terhadap mikroba dapat merusak DNA sel hidup.
2.      Pengawetan makanan dengan menggunakan  radiasi sudah terjamin keamanannya jika tidak melebihi dosis yang sudah ditetapkan, yaitu sesuai dengan rekomendasi dari FAO-WHO-IAEA.  Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa semua bahan yang diradiasi tidak melebihi dosis 10 kGy aman untuk dikonsumsi manusia.
3.      Teknik pengawetan dengan iradiasi dapat menjadi salah satu alternatif pengganti pengawetan dengan bahan pengawet.
4.      Salat satu teknik radiasi yang digunakan dalam peralatan masak yaitu gelombang mikro.
5.      Gelombang Mikro (microwaves) merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki energi tertentu. Gelombang makro mempunyai panjang pada kisaran 0.025 – 0.75 m atau frekuensi 20.000- 400 Mhz3.1.3


B.     Saran

Perlu diadakannya sosialisasi pengawetan bahan makanan dengan radiasi kepada masyarakat baik konsumen ataupun produsen makanan meliputi keamanan penggunaan radiasi, kelebihan dan kelemahannya sehingga dapat mengurangi penggunaan bahan pengawet dalam produk makanan.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010. Iradiator Dan Aplikasinya Untuk Pangan.
http://ads2.kompas.com/ diakses pada tanggal 11 November 2012.

Anonim.Teknik Nuklir di Bidang Pangan.http://www.infonuklir.com/ diakses
pada tanggal 11 November 2012.

Desrosier, N.,W.1988.Teknologi Pengawetan Pangan.Penerjemah
Muchji. Paris.Food.2 Co.Inc. New York.

Hermana.1991.Iradiasi Pangan.Cara Mengawetkan dan Meningkatkan Keamanan Pangan. Penerbit  ITB:Bandung.

Maha, M.1981.Prospek Penggunaan Teknik Nuklir dalam Bidang Teknologi Pangan.PAIR-BATAN:Jakarta.

Maha, M.1985.Pengawetan Pangan dengan Radiasi. Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi.PAIR-BATAN:Jakarta.

Sofyan, R.1984.Efek Kimia Radiasi Pada Komponen Utama Bahan Makanan.PAIR-BATAN:Jakarta.

Winarno, F.G., Srikandi Fardiaz dan D. Fardiaz.1980.Pengantar Teknologi Pangan.PT Gramedia:Jakarta.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Sky Blue Bow Tie